Penasaran dengan Tradisi Pernikahan di Bali? Yuk Cari Tahu Disini !
Pawiwahan, yang berarti pernikahan dalam bahasa Bali, adalah salah satu upacara adat yang paling penting dan sakral bagi masyarakat Bali. Tradisi ini tidak hanya menyatukan dua individu dalam ikatan suci, tetapi juga memperkuat hubungan antara keluarga dan komunitas. Upacara pawiwahan di Bali terkenal dengan keindahan dan kekayaan budaya yang ditampilkan melalui berbagai ritual dan simbolisme.
Menurut kitab Manusmrti, wiwaha bersifat wajib sekaligus religius karena berkaitan erat dengan kewajiban orang tua untuk melahirkan seorang anak laki-laki guna menebus dosa mereka sendiri. Upacara pawiwahan ini bertujuan untuk menghasilkan keturunan yang kemudian akan dapat melanjutkan amanat, serta tanggung jawab kepada leluhur melalui upacara penyucian (mabyakala).
Mengenal apa itu Pawiwahan ?
Pawiwahan
Kata pawiwahan berasal dari kata wiwaha, yang merupakan bahasa sansekerta dengan arti pesta pernikahan. Upacara pawiwahan adalah upacara saksi, baik di hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan pada seluruh masyarakat.
Bahwa dua orang anak manusia telah mengikatkan diri bersama sebagai suami dan istri. Segala perbuatan akan menjadi tanggung jawab bersama.
Upacara pawiwahan biasa di barengi dengan upacara pembersihan terhadap sukla swanita (bibit) dari kedua mempelai, dengan tujuan agar bibit mereka terbebas dari pengaruh buruk dan gangguan Bhuta Kala.
Dengan demikian, apabila terjadi pembuahan, maka manik (anak) yang terbentuk merupakan anak yang bersih, baik, dan suci, dan akan tumbuh menjadi pribadi yang berguna di masyarakat nantinya.
Tugas pokok pawiwahan ini adalah untuk membangun kehidupan yang Yatha Sakti Kayika Dharma, yang artinya dengan kemampuan sendiri melaksanakan Dharma. Upacara ini merupakan sebuah kewajiban suci (yajna) karena diharap mampu menghasilkan anak suputra.
Tujuan Pawiwahan menurut Kitab Suci Hindu
1. Melanjutkan Garis Keturunan (Dharma Putra)
Dalam ajaran Hindu, melanjutkan garis keturunan adalah salah satu tujuan utama dari pernikahan. Kitab Manusmriti mengajarkan bahwa pernikahan adalah cara untuk memastikan kelangsungan hidup keluarga dan generasi berikutnya. Memiliki anak adalah bagian penting dari dharma (kewajiban suci) seorang individu, dan ini dianggap sebagai tanggung jawab untuk melanjutkan warisan keluarga dan menjaga tradisi.
2. Menjalankan Dharma (Kewajiban Suci)
Pernikahan dalam konteks Hindu juga dilihat sebagai bentuk pelaksanaan dharma. Veda dan Upanishad menjelaskan bahwa setiap fase kehidupan, termasuk pernikahan, melibatkan kewajiban moral dan spiritual. Sebagai suami dan istri, pasangan memiliki tanggung jawab untuk saling mendukung, memenuhi kewajiban rumah tangga, dan mengikuti prinsip-prinsip dharma dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mencapai Moksha (Pembebasan Spiritual)
Salah satu tujuan spiritual dari pawiwahan adalah membantu pasangan mencapai moksha, yaitu pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian. Dalam Upanishad, pernikahan yang dilakukan dengan kesadaran dan komitmen spiritual dapat menjadi langkah menuju pencapaian spiritual yang lebih tinggi. Dengan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dharma dan karma, pasangan berusaha untuk mencapai keseimbangan spiritual dan pembebasan akhir.
4. Menciptakan Keseimbangan dan Harmoni dalam Keluarga
Pernikahan juga bertujuan untuk menciptakan keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan keluarga. Veda mengajarkan bahwa rumah tangga yang harmonis dan stabil adalah dasar dari kehidupan yang baik. Upacara pawiwahan melibatkan berbagai ritual dan persembahan untuk memastikan bahwa pasangan memulai kehidupan rumah tangga mereka dengan berkah, kedamaian, dan kesejahteraan.
5. Memperkuat Hubungan Sosial dan Komunitas
Pawiwahan tidak hanya melibatkan mempelai dan keluarga dekat, tetapi juga melibatkan komunitas yang lebih luas. Manusmriti menekankan pentingnya hubungan sosial dan dukungan komunitas dalam kehidupan pernikahan. Melibatkan komunitas dalam upacara pernikahan membantu memperkuat ikatan sosial, menciptakan dukungan sosial, dan mempererat hubungan antar keluarga.
Rangkaian Upacara Pawiwahan
Upacara pawiwahan melibatkan tiga kesaksian, yakni dari bhuta saksi (upacara mabyakala), dewa saksi (upacara natab banten pawiwahan), dan manusia saksi (dari kehadiran prajuru adat, keluarga, dan undangan lain).
Berikut merupakan rangkaian upacara pawiwahan :
1. Menentukan Hari Baik
Upacara pawiwahan diawali dengan menentukan hari baik sesuai dengan kalender Hindu Bali. Tanggal ini biasanya dipilih mulai dari hari calon mempelai pria datang untuk nyedek dan hari berlangsungnya pernikahan.
Pemilihan hari dilakukan atas kesepakatan kedua pihak keluarga. Pemilihan hari ini cukup penting karena dapat mempengaruhi kelancaran berjalannya upacara dan kehidupan mereka ketika sudah bersuami istri nantinya.
2. Ngekeb
Ngekeb merupakan proses mempersiapkan calon mempelai wanita agar dapat dengan siap menyambut datangnya mempelai pria.
Upacara Ngekeb ini bertujuan untuk mempersiapkan mental calon pengantin serta memanjatkan doa di hadapan Ida Sang Hyang Widhi supaya dianugerahi pernikahan yang kebahagiaan
3. Menjemput Calon Pengantin Perempuan
Mempelai wanita kemudian dijemput oleh pihak keluarga laki-laki ke kediaman mempelai laki-laki.
Ketika dijemput, mempelai perempuan harus menggunakan pakaian tradisional khas Bali dengan selimut kuning tipis yang menutupi dari ujung rambut hingga ujung kaki. Hal ini menjadi simbol bahwa, calon pengantin perempuan sudah siap meninggalkan masa lajangnya dan menikah.
4. Mungkah Lawang
Penjemputannya juga tidak bisa asal. Calon pengantin wanita akan menunggu di kamarnya, lalu perwakilan dari calon mempelai laki-laki akan datang mengetuk pintu kamarnya.
Saat tersebut juga diiringi dengan lagu khasi Bali yang meminta agar dibukakan pintu. Setelah itulah baru mempelai wanita dibawa ke tempat tinggal mempelai laki-laki.
5. Mesegeh Agung
Sebelum bisa masuk ke dalam halaman rumah, maka kedua mempelai akan melakukan upacara mesegeh agung. Prosesi ini menjadi simbol ucapan selamat datang dari mempelai pria terhadap mempelai perempuan.
Selimut kuning yang semula dikenakan oleh calon mempelai perempuan kemudian diangkat oleh calon ibu mertuanya kemudian ditukar dengan uang satakan. Hal ini menjadi simbol dunia baru dan mengubur semua masa lalu.
6. Mekala-Kalaan atau Mabyakala
Upacara Mabyakala merupakan upacara membersihkan kedua mempelai secara lahir batin, terutama sukla swanita, yang merupakan sel benih pria dan sel benih wanita agar dapat membentuk janin yang suputra.
Urutan proses upacara Mabyakala adalah sebagai berikut :
- Dilakukan upacara puja yang dipimpin oleh seorang pemimpin upacara.
- Membakar tetimpug sampai keluar bunyi sebagai simbol pemberitahuan terhadap bhuta kala yang akan menerima pakala-kalaan.
- Kedua mempelai melangkahi tetimpug 3 kali dan menghadap ke banten pabyakalaan.
- Tangan kedua mempelai dibersihkan menggunakan segau/tepung tawar.
- Ibu jari kaki kedua mempelai menyentuh telur ayam mentah sebanyak 3 kali.
- Kedua mempelai melakukan pengelukatan.
- Kedua mempelai berjalan mengelilingi banten pesaksian dan kala sepetan. Mempelai wanita harus berjalan di depan sambil menggendong sok dagangan (simbol anak) dan mempelai pria memukul tegen-tegenan (simbol mencari nafkah). Ketika melewati kala sepetan, ibu jari kanan harus menyentuh bakul lambang kala sepetan. Mempelai wanita dipukul dengan 3 buah lidi oleh mempelai pria selama berjalan sebagai simbol kesepakatan sehidup semati.
- Kedua mempelai memutuskan benang pepegatan, tanda telah memasuki masa Grahasta.
7. Mewidhi Widhana
Kedua mempelai kemudian bersembahyang di sanggah keluarga laki-laki dan dipimpin oleh pemangku sanggah.
Upacara ini bertujuan untuk memberitahu para luluhur keluarga laki-laki bahwa ada pendatang baru dalam anggota keluarganya yang akan melanjutkan keturunannya. Dengan demikian, pernikahan akan sah di depan adat juga masyarakat.
8. Mejauman
Upacara Mejauman merupakan upacara berpamitan dengan leluhur keluarga mempelai wanita karena kini telah dinikahkan dan menjadi tanggung jawab keluarga mempelai pria.
Kedua mempelai akan datang ke keluarga wanita sambil membawa banten yang berisi alem, sumping, ketipat bantal, kuskus, apem, sumping, kekupa, wajik, buah, dan lauk khas Bali
Jadi, itulah beberapa tujuan mendalam dari pawiwahan sesuai dengan ajaran kitab Hindu. Dari melanjutkan garis keturunan, menjalankan kewajiban spiritual, hingga menciptakan harmoni dalam keluarga, semua ini punya makna yang lebih dari sekadar pesta pernikahan. Pawiwahan adalah tentang menyatukan dua jiwa dalam perjalanan spiritual dan sosial yang lebih besar.
Rasanya tak lengkap kalau tidak merayakannya dengan bulan madu yang istimewa. Bayangkan menghabiskan momen romantis bersama pasangan di salah satu destinasi eksotis di Bali, menikmati pemandangan indah dan suasana yang tenang. Jangan lewatkan kesempatan untuk membuat kenangan yang tak terlupakan!
Untuk informasi lebih lanjut tentang paket honeymoon terbaik di Bali, Kalian bisa cek Paket Honeymoon yang kita punya.
Kalau kalian penasaran atau mau tahu lebih banyak tentang Paket apa saja yang kita jual, jangan ragu untuk cek informasi lebih lanjut di Travelin Indonesia.